Minggu, 21 November 2010

“Malaikat” Gadungan

by Perdana Akhmad S.Psi
Rasulullah Bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan cari apa yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah)”. (HR. Muslim)
Beriman kepada para Malaikat merupakan pengalaman dari rukun iman yang kedua. Berarti keimanan seorang hamba kepada Allah belum sempurna jika tidak dibarengi dengan rukun iman yang lainnya, termasuk beriman kepada para malaikat. Allah berfirman, “Rasul telah beriman kepada (Al-qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya pada para rasul-Nya, kitab-kitab dan para Rasul-Nya…”. (SQ. Al-Baqarah : 275). Ketika Rasulullah ditanya tentang iman, beliau menjawab, “Iman adalah hendaklah kamu percaya (beriman) kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya. (HR. Muslim)

Imam Al-Baihaqi berkata, “Iman kepada Malaikat mengandung beberapa maksud : Pertama, membenarkan dan meyakini bahwa malaikat itu benar-benar ada. Kedua, mengakui dan menempatkan posisi mereka secara proporsional. Mereka adalah makhluk Allah seperti manusia dan jin. Mereka tidak akan berkuasa untuk berbuat apa-apa, kecuali yang sudah ditetapkan Allah bagi mereka. Kita tidak boleh mensifatkan mereka dengan sifat yang bisa membuat kita menyekutukan Allah dengan mereka. Ketiga, kita mempercayai bahwa di antara para malaikat itu ada yang menjadi utusan Allah kepada manusia yang dikehendaki Allah, atau mereka diutus Allah ke kelompok manusia lain.”[1] Jumlah malaikat sangat banyak sekali. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka secara pasti kecuali Allah “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu kecuali Dia sendiri…” (QS. Al-Muddatstsir : 31). Rasulullah bercerita seputar pengalamannya sewaktu Isra’ dan Mi’raj setelah melewati langit yang ketujuh, “…Kemudian aku dinaikkan ke ke Baitul Makmur, tiba-tiba aku menjumpai pada setiap harinya tempat itu dimasuki oleh 70 ribu malaikat, dan kelompok itu tidak akan punya kesempatan lagi untuk memasuki Baitul Makmur itu sampai hari Akhir….”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagian masyarakat kita belum kenal betul dengan karakteristik malaikat-malaikat  Allah, sehingga di antara mereka ada yang meminta bantuan kepada para malaikat untuk mengatasi problema kehidupan yang datang silih berganti tak kunjung selesai. Bahkan sebagian manusia ada yang menjadikan malaikat sebagai Tuhan yang mereka sembah. Maka dari itu Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya untuk tidak terjerumus dalam kesyirikan, “Dan dia (Nabi) tidak menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai tuhan. Apakah patut ia menyuruhmu kepada kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam ?” (QS. Ali ‘Imran : 80).
Pemahaman yang salah dan menyimpang akibat kurangnya ilmu syari’at, serta minimnya mereka menelaah dalil yang menjelaskan seputar kehidupan malaikat. Atau kecintaan mereka kepada para malaikat yang berlebihan. Akhirnya mereka mudah ditipu oleh jin dan syetan yang datang mengaku sebagai malaikat.
Sehingga di antara manusia dewasa ini ada yang mengaku telah didatangi malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu darinya. Karena kedatangannya sudah berulang kali, dan nasehat yang diterimanya menurutnya adalah baik. Maka dengan tidak canggung lagi dia mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi baru. Atau sepak terjangnya sudah didasarkan lagi pada ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena dia merasa sudah mempunyai ajaran lain yang diterima secara langsung dari malaikat Jibril.
Dan juga orang yang berusaha untuk memperdalam ilmu hikmah serta mengasah kemampuan spiritualnya dengan cara yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Saat menjalani “olah spiritual” itu dia didatangi oleh sosok yang mengaku sebagai malaikat utusan Allah untuk menyampaikan benda pusaka atau ilmu kekebalan yang tidak dimiliki manusia kebanyakan. Mereka percaya itu merupakan ‘wahyu’ berasal dari ‘malaikat’ tersebut, tanpa guru lagi mereka mengamalkannya dan meninggalkan ajaran Rasulullah. Bahkan ada juga manusia yang senang menjalani ibadah kepada Allah, lalu datanglah ‘khodam malaikat’ menghampirinya lalu memberikan ritual atau wirid tambahan, yang bisa menjadikan orang itu hebat punya berbagai ilmu kesaktian bahkan seolah-olah menyamai mukjizat para Rasul. Akhirnya dia pun mengamalkan ‘wahyu tambahan’ tersebut sambil mengamalkan ibadah-ibadah lainnya.
Padahal itu ulah jin dan syetan untuk menyesatkan hamba-hamba Allah yang masih lemah akidahnya, atau untuk menguji mereka kepada Allah, kalau iman mereka lemah, pasti dengan mudah mereka akan datang sebagai sosok Khodam Malaikat tersebut. Akhirnya mereka terperosok dalam amalan yang mengandung bid’ah dan syirik. Dengan begitu berarti mereka menyembah jin-jin yang bersosok malaikat tersebut (yang mereka percayai sebagai khodam suatu azimat tertentu, atau bahkan khodam mantra-mantra ilmu kesaktian). Tapi kalau iman orang tersebut kuat, mereka tidak akan terpengaruh dengan “datangnya” malaikat-malaikat gadungan tersebut. Mereka akan tetap tekun beribadah kepada Allah sesuai tuntunan Rasulullah.
Sebetulnya kita sudah diingatkan oleh Al-Qur’an agar waspada terhadap tipu muslihat syetan yang bermodus sosok  khodam malaikat. Pada hari kebangkitan nanti Allah bertanya kepada para malaikat-Nya tentang pebuatan orang-orang yang musyrik, “Dan ingatlah (pada waktu) Allah mengumpulkan mereka berfirman kepada para malaikat : ‘Apakah mereka itu dahulunya menyembah kamu ? Para malaikat menjawab : ‘Maha suci Engkau, Engkaulah Pelindung kami bukan mereka, justru mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman jin itu”. (QS. Saba’: 34).
Oleh sebab itu, kita harus waspada terhadap kehadiran makhluk ghaib dalam kehidupan ini, baik yang hadir di alam mimpi atau di alam nyata. Yang terang-terangan mengaku sebagai jin muslim atau mengaku sebagai Malaikat. Kita sudah tidak butuh pentunjuk-petunjuk mereka yang sering disebut dengan ‘wangsit’. Cukup bagi kita petunjuk Allah dan Rasul-Nya, agar tidak tersesat di dunia maupun di Akhirat. Jangan terpedaya oleh tipu daya syetan yang mengaku Malaikat.

 

5 Tanggapan - tanggapan

Assalamualaikum wr wb, ingin bertanya tentang nama2 malaikat Allah yang sekian banyaknya, misalnya jibril,mikail dst, apakah nama2nya tsb diberikan oleh Allah SWt hanya diambil dari bahasa arab saja atau nama2nya ada juga yang dari bahasa2 di dunia ini, maksudnya kalau di eropa, nama2 malaikatnya disesuaikan dgn bahasa di satu negara di eropa tersebut, karena saya sendiri beristerikan wanita polandia, dan kalau bertamu disana kadang kala saya melihat patung2 kecil berupa wajah2 malaikat menyerupai anak2 kecil. jadi itu salah satu contoh, mohon penjelasannya pak/bu, terima kasih dan salam sejahtera, wassalam bhassan
Wa’alaikumsalam.
Mas Budiman. Malaikat adalah makhluk ghaib yang selalu beribadah kepada Allah . Allah menciptakannya dari cahaya, lalu memberikan kekuatan yang sempurna kepada mereka untuk tunduk dan selalu melaksanakan ketaatan kepada- Nya.
Allah berfirman: “… dan Malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula)merasa letih, mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al Anbiya’: 19-20).
bahasa Arab adalah bahasa penduduk sorga sebagaimana dalam hadits dikatakan :”Cintailah orang Arab karena tiga hal; Karena aku adalah orang Arab, Al-Qur’an itu berbahasa Arab dan ucapan penduduk sorga adalah Bahasa Arab”. (HR. Hakim, Thabarani dan Baihaqi)
Maka nama malaikat adalah nama dalam dialeg Arab. Bahasa Arab adalah bahasa manusia paling awal (NAbi Adam) dan pada perkembangannya akan berkembang ke bahasa lainnya.
Jumlah Malaikat tidak dapat dihitung (Hanya Allah yang tahu jumlahnya) dan tentu mempunyai namanya sendiri, namun karena ini masalah Ghoib maka kita cukup mengimaninya.
Adapun patung “malaikat” pada pekuburan kristen itu adalah sebuah rekayasa saja sebagaimana mereka merekayasa wajah yesus padahal mereka tidak pernah melihat yesus. Patung dilarang dalam islam, jika disuatu tempat ada patungnya maka malaikat tidak mau datang ketempat tersebut.
Satria, on Oktober 19, 2010 at 7:50 am said:
Assalamualaikum wr wb
Mohon informasinya pak.
hal pertama:
Mengutip pernyataan bapak, “Bahasa Arab adalah bahasa manusia paling awal (Nabi Adam) dan pada perkembangannya akan berkembang ke bahasa lainnya.”
Berarti selama ini catatan sejarah itu tidak tepat ya… karena disebutkan bahwa Bahasa Arab (bahkan yang versi klasiknya – yaitu Bahasa Arab sebelum yang digunakan pada Al Quran) berkembang bersama (bukan lebih dahulu) dengan bahasa Ibrani, dan bahasa Hamitik – Koptik Mesir.
Bahkan juga tercatat, bahasa rakyat Babilonia, Asiria, Siria, Palestina, Mesopotamia, dan bahasa Aramaik sudah ada di Timur Tengah, menjadi lingua franca, sebelum bahasa Arab digunakan.
hal kedua:
“Patung dilarang dalam islam, jika di suatu tempat ada patungnya maka malaikat tidak mau datang ke tempat tersebut.”
Apa landasan pernyataan kalimat tersebut di atas?
Apakah pernyataan tersebut diakui secara absolut oleh Islam general se-dunia, atau sebagian Islam saja?
Terimakasih sebelumnya
Wassalam,
Satria
Bahasa Arab adalah bahasa dari rumpun bahasa Semit Selatan yang digunakan oleh orang-orang yang mendiami Semenanjung Arabia, di bagian barat daya benua Asia. Setelah menempuh perjalanan berabad-abad, bahasa Arab kini menjadi bahasa resmi di berbagai negara, seperti Arab Saudi, Aljazair, Irak, Libanon, Libya, Maroko, Mesir, Sudan, Suriah, Tunisia, Yordania, dan negara-negara lain di Semenanjung Arabia. (Ensiklopedi Islam, 2003)
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia, namun keadaannya pada awal pertumbuhan dan perkembangannya tidak diketahui dengan pasti. Teks bahasa Arab tertua yang ditemukan hanya dimulai sesudah abad ketiga, sedangkan teks tertua yang kita kenal sekarang ini dapat diperoleh hanya dari masa dua abad sebelum Islam datang, yaitu yang dinamakan Sastra Jahiliyah.
Dari teks yang sampai kepada kita, bahasa Arab dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, bahasa Arab yang sudah punah, yaitu bahasa yang telah digunakan oleh keluarga-keluarga Arab yang tinggal di bagian utara Hijaz dan yang berdekatan dengan batas-batas wilayah Armenia. Karena pembauran bahasa Arab ini dengan bahasa Armenia begitu jauh dari pusat-pusat bahasa Arab yang asli, maka bahasa Arab ini lama kelamaan didominasi oleh bahasa Armenia dan menjadi punah sebelum Islam datang. Yang ditemukan di daerah-daerah itu hanya ukiran-ukiran belaka. Karena itu bahasa Arab yang punah itu disebut bahasa Arab ukiran. Kedua, bahasa Arab yang masih hidup, yaitu bahasa yang sampai sekarang masih digunakan oleh orang-orang Arab sebagai bahasa sastra, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejd, kemudian berkembang di seluruh negara-negara Arab. (Ensiklopedi Islam, 2003)
hal kedua:
“Patung dilarang dalam islam, jika di suatu tempat ada patungnya maka malaikat tidak mau datang ke tempat tersebut.”
Apa landasan pernyataan kalimat tersebut di atas?
Apakah pernyataan tersebut diakui secara absolut oleh Islam general se-dunia, atau sebagian Islam saja?
Terimakasih sebelumnya
Landasannya dari hadits rasulullah :
Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat patung” [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]
hadits tersebut shahih dan diakui secara absolut oleh umat islam sedunia kecuali syi’ah (tidak mengakui hadits bukhari muslim)