Minggu, 21 November 2010

KISAH SUFI"Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al- Bakri"

Jalaluddin Rumi
Maulana Jalaluddin
Rumi Muhammad bin
Hasin al Khattabi al-
Bakri (Jalaluddin
Rumi) atau sering pula
disebut dengan nama
Rumi adalah seorang
penyair sufi yang lahir di
Balkh (sekarang
Afganistan) pada
tanggal 6 Rabiul Awwal
tahun 604 Hijriah, atau
tanggal 30 September
1207 Masehi. Ayahnya
masih keturunan Abu
Bakar, bernama
Bahauddin Walad.
Sedang ibunya berasal
dari keluarga kerajaan
Khwarazm. Ayah Rumi
seorang cendekia yang
saleh, mistikus yang
berpandangan ke depan,
seorang guru yang
terkenal di Balkh. Saat
Rumi berusia 3 tahun
karena adanya bentrok
di kerajaan maka
keluarganya
meninggalkan Balkh
menuju Khorasan. Dari
sana Rumi dibawa
pindah ke Nishapur,
tempat kelahiran
penyair dan alhi
matematika Omar
Khayyam. Di kota ini
Rumi bertemu dengan
Attar yang meramalkan
si bocah pengungsi ini
kelak akan masyhur
yang akan menyalakan
api gairah Ketuhanan.

Karya
Kumpulan puisi Rumi
yang terkenal bernama
al-Matsnawi al-Maknawi
konon adalah sebuah
revolusi terhadap Ilmu
Kalam yang kehilangan
semangat dan
kekuatannya. Isinya
juga mengeritik langkah
dan arahan filsafat
yang cenderung
melampaui batas,
mengebiri perasaan dan
mengkultuskan rasio.
Diakui, bahwa puisi Rumi
memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan
para sufi penyair
lainnya. Melalui puisi-
puisinya Rumi
menyampaikan bahwa
pemahaman atas dunia
hanya mungkin didapat
lewat cinta, bukan
semata-mata lewat
kerja fisik. Dalam
puisinya Rumi juga
menyampaikan bahwa
Tuhan, sebagai satu-
satunya tujuan, tidak
ada yang menyamai.
Ciri khas lain yang
membedakan puisi Rumi
dengan karya sufi
penyair lain adalah
seringnya ia memulai
puisinya dengan
menggunakan kisah-
kisah. Tapi hal ini bukan
dimaksud ia ingin
menulis puisi naratif.
Kisah-kisah ini
digunakan sebagai alat
pernyataan pikiran dan
ide.
Banyak dijumpai
berbagai kisah dalam
satu puisi Rumi yang
tampaknya berlainan
namun nyatanya
memiliki kesejajaran
makna simbolik.
Beberapa tokoh sejarah
yang ia tampilkan bukan
dalam maksud
kesejarahan, namun ia
menampilkannya
sebagai imaji-imaji
simbolik. Tokoh-tokoh
semisal Yusuf, Musa,
Yakub, Isa dan lain-lain
ia tampilkan sebagai
lambang dari keindahan
jiwa yang mencapai
ma'rifat. Dan memang
tokoh-tokoh tersebut
terkenal sebagai pribadi
yang diliputi oleh cinta
Ilahi.
Salah satu karyanya
yang paling terkenal
adalah :
jangan tanya apa
agamaku. aku bukan
yahudi. bukan zoroaster.
bukan pula islam. karena
aku tahu, begitu suatu
nama kusebut, kau
akan memberikan arti
yang lain daripada
makna yang hidup di
hatiku.